Sebuah Studi baru menunjukan bahwa wanita yang berpandangan hidup negatif lebih mungkin mengalami masalah jantung dari pada mereka yang ceria, percaya diri. Temuan ini berasal dari Women’s Health Initiative, yang telah melacak 97.000 wanita Amerika pasca Monopause selama lebih dari 8 tahun.
Dr. Hilary A. Tindle, Asisten propesor di University of Pittburgh dan penulis utama laporan yang dimuat dalam jurnal Circulation edisi 10 Agustus 2009, mengatakan bahwa selain mengamati hormon dan efeknya pada penyakit jantung dan kanker, penelitian ini juga meneliti faktor-faktor psikososial dan sosial dan bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi kesehatan wanita menopause. Para peneliti beruntung memiliki informasi yang banyak tentang profil psikologis pada saat mereka bergabung dalam studi ini.
Optimisme diukur dengan kuesioner tentang apakah seorang wanita setuju dengan pernyataan seperti “Dalam waktu yang tidak jelas, saya biasanya mengharapkan yang terbaik”. Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan untuk mengukur sikap sinis tentang perjanjian dengan pernyataan seperti “adalah lebih aman untuk tidak mempercayai siapapun” dan “Saya telah sering kali menerima perintah dari orang-orang yang tidak tahu banyak”.
25% perempuan dengan nilai optimisme tertinggi memiliki kemungkinan 9% lebih rendah mengalami penyakit jantung dan lebih rendah 14% peluang kematian dari setuap penyebab. Perempuan dengan sikap sinis permusuhan tertinggi, 16% lebih mungkin meninggal daripada mereka yang paling percaya pada sesama manusia.
Hasil yang sama berlaku untuk laki-laki maupun perempuan, Tindle mengutip beberapa studi sebelumnya. Penelitian di Belanda tahun 2004 melaporkan bahwa laki-laki lebih optimis, lebih jarang meninggal akibat penyakit kardiovaskular. Tindle menjelaskan bahwa ada beberapa penjelasan yang mungkin. Uang akan terlibat, karena “optimisme dikaitkan dengan peningkatan pendapatan dan pendidikan,” katanya. Tapi anehnya, “tingkat status sosial ekonomi saat seorang wanita masih muda dikaitkan dengan hasil yang lebih baik daripada status saat ini,” kata Tindle.
Menurutnya ada 3 kategori besar kemungkinan. Salah satu terkait dengan faktor gaya hidup. Perempuan Optimistis memiliki profil resiko yang lebih stabil, dengan tekanan sedikit darah tiinggi dan diabetes, “kata Tindle. Mereka tidak banyak merokok dan cenderung untuk berolahraga lebih banyak. Jadi Resiko yang lebih rendah mungkin saja dikaitkan dengan hidup lebih sehat.
Ada juga kemungkinan bahwa yang optimis lebih cenderung mengikuti dengan setia saran dokter mereka. Penelitian sebelumnya telah menunjukan bahwa orang yang optimis cenderung mengikuti pola makan yang dianjurkan.
Menurut para peneliti, sisi pandang seorang wanita dapat mempengaruhi bagaimana ia menaggapi stres. Pesimisme dan sikap sinis permusuhan dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi dan faktor-faktor fisik lainnya, katanya.
Tindle mengatakan ia ingin menguji semua kemungkinan tersebut dalam uji terkontrol. “Kami akan merekrut individu yang pesimis, dan mencoba mengubah pandangan mereka dan melihat apakah hal itu mempengaruhi kesehatan mereka, “katanya. Mungkin jawabannya akan “ya”, kata Tindle. “Bahkan yang paling sinis, memusuhi individu dapat berubah dengan memberikan rangsangan yang tepat, dan saya melihat ini setiap hari,” katanya.
Dr. Suzanne Steinbaum, Direktur perempuan dibagian penyakit Jantung di Lenox Hill Hospital di New York City gembira mengetahui laporan ini. “Ternyata menjadi optimis adalah bagian penting dari menjaga kesehatan,” kata steinbaum. Studi menunjukan bahwa pandangan dan perspektif seseorang tentang dunia dapat memainkan peranan penting dalam kesehatan. Studi ini menunjukan peran dan pentingnya hubungan antara pikiran dan tubuh. Ini merupakan alasan lain untuk mencoba melihat sisi tentang kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar